بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
نَوَيْتُ الْوُضُوْءَلِرَفْعِ الْحَدَثِ
الْاَصْغَرِفَرْضًالِلّٰهِ تَعَالٰى
Bacaan
Doa Niat Wudhu dalam Bahasa Indonesia
“Nawaitul wudhuu-a liraf’ll hadatsil
ashghari fardhal lilaahi ta’aalaa”
Terjemahan
Doa Niat Wudhu
"Aku niat berwudhu untuk
menghilangkan hadats kecil, fardhu karena Allah."
Bacaan Doa Setelah Wudhu:
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَه لاَ شَرِيْكَ
لَه , وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللَّهُمَّ
اجْعَلْنِيْ مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
وَاجْعَلْنِيْ مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ
“Asyhadu
allaa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lahu, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa Rasuuluhu. Allahumma j’alnii minat
tawwabiina, waj’alnii minal mutathahiriina waj’alnii min ‘ibaadikash
shalihiina.”
Arti Doa Setelah Wudhu:
Artinya
: “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan tidak ada yang
menyekutukanNya. Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan
utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku orang yang ahli bertobat, jadikanlah aku
orang yang suci, dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang saleh.”
Panduan tata cara wudhu, mandi
wajib junub dan tayammum menurut madzhab Syafi'i.
Pembahasan
seputar penyebab hadats kecil dan hadas besar di mana suci dari keduanya
menjadi syarat sahnya shalat selain suci dari najis. Source :
http://www.alkhoirot.net/2012/06/wudhu-tayammum-mandi-junub.htm
Wudhu' bertujuan untuk
menghilangkan hadas kecil karena suci dari hadas kecil menjadi salah satu
prasyarat bagi seorang muslim dalam melakukan ibadah-ibadah tertentu seperti
shalat, memegang Al Quran, ihram, tawaf, dll.
Secara
etimologis wudhu berasal dari kata وضاءة berarti kebaikan. Dalam terminologi syariah wudhu adalah
menggunakan air yang suci -- dengan membasuh dan mengusap--pada anggota badan
yang empat yaitu wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فاغْسِلُواْ وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُواْ بِرُؤُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَينِ وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُواْ وَإِن كُنتُم مَّرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاء أَحَدٌ مَّنكُم مِّنَ الْغَائِطِ أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَاء فَلَمْ تَجِدُواْ مَاء فَتَيَمَّمُواْ صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُواْ بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ مَا يُرِيدُ اللّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَـكِن يُرِيدُ لِيُطَهَّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika
kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur.
Hal yang membatalkan wudhu dan menyebabkan hadats kecil ada 6 (enam):
1.
Sesuatu
yang keluar dari dua jalan depan belakang (anus dan kemaluan)
2.
Tidur
dalam keadaan tidak dalam posisi duduk yang tetap,
3.
Hilang
akal karena mabuk atau sakit,
4.
Sentuhan
laki-laki pada wanita bukan mahram tanpa penghalang,
5.
Menyentuh
kemaluan manusia dengan telapak tangan bagian dalam,
6.
Menyentuh
kawasan sekitar anus (dubur) menurut qaul jaded
Syarat wudhu adalah hal-hal yang harus terpenuhi sebelum pelaksanaan wudhu. Syarat wudhu menurut madzhab Syafi'i adalah sebagai berikut:
1.
Islam
2.
Berakal.
3.
Tidak
sedang haid atau nifas.
4.
Anggota
wudhu tidak terhalang oleh sesuatu yang mencegah sampainya air seperti lilin
atau .
5.
Mengetahui
farthu-nya wudhu
6.
Menghilangkan
najis ainiyah (yang tampak).
7.
Tidak
ada sesuatu pada anggota wudhu yang dapat merubah air seperti tinta kecuali
sedikit.
8.
Air
harus mengalir pada anggota wudhu.
9.
Air
yang digunakan wudhu harus suci dan mensucikan.
Niat wudhu cukup diucapkan dalam hati. Bunyi lengkapnya sebagai berikut:
نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِرَفْعِ
الْحَدَثِ اْلاَصْغَرِ فَرْضًا لِّلَّهِ تَعَالَى
Artinya: Saya
niat wudhu untuk menghilangkan hadas kecil karena Allah Ta'ala
Rukun/fardhu wudhu adalah perbuatan yang harus dilakukan saat pelaksanaan wudhu. Fardhu wudhu ada 6 (enam):
1.
Niat
2. Membasuh wajah.
3. Membasuh kedua tangan sampai siku.
4. Mengusap sebagian kepala.
5. Membasuh kedua kaki sampai mata
kaki.
6.
Tertib
sesuai urutan 1 sampai 5.
Berikut hal-hal yang sunnah dilakukan saat berwudhu, tetapi tetap sah wudhu-nya apabila ditinggalkan. Sunnah wudhu ada 10 (sepuluh) yaitu:
1.
Membaca
bismillah.
2.
Membasuh
kedua telapak tangan sebelum memasukkan ke wadah air.
3.
Berkumur,
4.
menghirup
air ke hidung,
5.
mengusap
seluruh kepala,
6.
mengusap
kedua telinga luar dalam dengan air baru,
7.
menyisir
jenggot tebal dengan jari dan membasuh sela-sela jari tangan dan jari kaki,
8.
mendahulukan
bagian kanan dari kiri,
9.
menyucikan
masing-masing 3 (tiga) kali,
10.
Bersegera
Seperti tersebut dalam QS Al-Maidah 5:6 fungsi utama tayammum adalah sebagai ganti dari wudhu apabila tidak ada air untuk berwudhu.
Tayammum secara etimologis adalah bermaksud (Arab,القصد). Dalam pengertian syariah (fiqih) tayammum adalah menyampaikan/meletakkan debu suci pada wajah dan kedua tangan sebagai ganti dari :
(a)
wudhu;
(b)
mandi junub;
(c)
membasuh anggota badan, dengan syarat-syarat tertentu.
وَإِن كُنتُم مَّرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاء أَحَدٌ مَّنكُم مِّنَ الْغَائِطِ أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَاء فَلَمْ تَجِدُواْ مَاء فَتَيَمَّمُواْ صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُواْ بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ مَا يُرِيدُ اللّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَـكِن يُرِيدُ لِيُطَهَّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: dan jika kamu sakit atau
dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah
yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
- Hadits sahih
riwayat Muslim:
وَجُعِلَتْ
تُرْبَتُنَا لَنَا طَهُورًا إِذَا لَمْ نَجِدِ الْمَاءَ
Artinya: Dijadikan bagi kami (ummat Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi was sallam ) permukaan bumi sebagai thohur/sesuatu yang digunakan untuk besuci (tayammum) jika kami tidak menjumpai air.
Artinya: Dijadikan bagi kami (ummat Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi was sallam ) permukaan bumi sebagai thohur/sesuatu yang digunakan untuk besuci (tayammum) jika kami tidak menjumpai air.
Syarat tayammum adalah hal-hal yang harus terpenuhi sebelum
dilakukan proses tayammum. Syarat tayammum ada 5 (lima) yaitu:
1.
Ada
udzur karena perjalanan atau sakit.
2.
Masuknya
waktu shalat.
3.
Mencari
air.
4.
Tidak
dapat memakai air atau ada air tapi tidak cukup.
5.
Debu
yang suci dan halus.
Niat cukup diucapkan dalam hati.
نَوَيْتُ التَّيَمُّمَ لاِسْتِبَاحَةِ
الصَّلاَةِ ِللهِ تَعَالٰى
Artinya: Saya
niat tayammum untuk mendapat kebolehan shalat karena Allah Ta'ala.
Rukun/fardhu tayammum adalah tata
cara yang dilakukan saat pelaksanaan tayammum. Fardhu tayammum ada 4 (empat),
yaitu:
1.
Niat.
2. Mengusap wajah.
3. Mengusap kedua tangan sampai siku.
4. Tertib (dalam pelaksanaan harus
urut).
Sunnahnya tayammum ada 3 (tiga) perkara sebagai berikut:
1.
Membaca
bismillah.
2.
Mendahulukan
yang kanan dari yang kiri.
3.
Bersegera
(dilakukan dengan cepat tanpa diselingi perbuatan yang lain).
Perkara yang membatalkan tayammum ada 3 (tiga) perkara yaitu:
1.
Segala sesuatu yang membatalkan wudhu’
2.
Melihat
air di luar waktu shalat.
3.
Murtad
atau keluar dari Islam.
Sedangkan orang yang memakai perban ia boleh mengusap perbannya dengan air, lalu bertayammum dan shalat tanpa harus mengulangi shalatnya apabila saat pertama kali meletakkan perban dalam keadaan suci. Dan bertayammum untuk setiap shalat fardhu.
Jenis debu yang dapat dipakai untuk tayammum adalah sebagai berikut:
1.
Debu
suci dan belum dipakai untuk tayammum.
2.
Debu
murni.
3.
Debu
yang tercampur pasir
4.
Pasir
yang mengandung debu.
1.
Debu
najis atau debu suci tapi sudah dipakai untuk tayammum (musta'mal).
2.
Pasir
murni yang tidak ada debunya.
3.
Keramik.
Menurut madzhab Hanafi dan Maliki segala sesuatu yang berasal dari tanah dapat dipakai untuk tayammum berdasarkan penafsiran dari kata "sha'id" dalam QS Al-Maidah 5:6. Pemahaman ini membuat alat tayammum yang dibolehkan bertambah luas sebagai berikut:
1.
Debu
suci dan belum dipakai untuk tayammum.
2.
Debu
halus,
3.
Pasir
4.
Kerikil.
5.
Batu
halus,
6.
Dinding
tanah,
7.
Keramik
yang terbuat dari tanah murni.
8.
Dinding
atau wadah yang terbuat dari tanah.
9.
Berbagai
macam benda seperti dinding, kursi, sofa, ranjang yang mengandung debu.
Lebih detail
lagi yaitu
Sah bertayammum dengan segala
sesuatu yang berada di permukaan bumi seperti debu, tanah, batu,
tembikar/kerikil, pasir berdasarkan firman Allah QS Annisa' 4:43
"Bertayammumlah dengan sha'id yang baik". Kata shaid bermakna
permukaan tanah. Kata tayyib bermakna suci.
Maka boleh bertayammum dengan segala
sesuatu yang berasal dari jenis bumi/tanah. Ini madzhab Abu Hanifah dan Malik.
Maka menurut kedua ulama sah bertayammum dengan debu, pasir, dan kerikil. Abu
Hanifah juga membolehkan bertayammum dengan batu halus, dinding tanah, keramik
yang terbuat dari tanah murni. Begitu juga kalau orang memukulkan tangannya
pada baju dan mengeluarkan debu. (Lihat, Bada'ius Shana'i I/53; At Taj wal
Iklil I/511; Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah XIV/261)
Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa
boleh bertayammum dengan bagian bumi yang selain debu apabila tidak menemukan
debu. (Lihat, Al-Ikhtiyarat Al-Fiqhiyah hal. 28)
Boleh bertayammum di diding atau
wadah yang terbuat dari tanah atau kerikil selagi tidak dilapisi. Apabila
dilapisi maka tidak sah tayammum di situ kecuali apabila mengandung debu. Boleh
bagi seorang muslim meletakkan debu atau pasir di wadah dan bertayammum
dengannya.
يصح التيمم بكل ما صعد على وجه الأرض من
تراب وطين وحجر ورمل وفخار ؛ لقوله تعالى : ( فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا ) النساء/43
، والصعيد : وجه الأرض . والطيب : الطاهر
.
فيجوز التيمم بكل ما هو من جنس الأرض ،
وهذا مذهب أبي حنيفة ومالك ، فيصح التيمم عندهما بالتراب والرمل والحصى . وجوز أبو
حنيفة التيمم بالحجر الأملس والحائط المطين والخزف المصنوع من الطين الخالص . وكذا
لو ضرب بيده على ثوب فارتفع غبار .
"بدائع الصنائع" (1/53) ،
"التاج والإكليل" (1/511) ، "الموسوعة الفقهية"
(14/261) .
واختار شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله
أنه يجوز التيمم بغير التراب من أجزاء الأرض إذا لم يجد ترابا . "الاختيارات الفقهية"
(ص 28)
والحاصل أنه يجوز التيمم بالجدار أو الآنية
المصنوعة من الطين أو الفخار ، ما لم تكن مطلية ، فإن كانت مطلية فلا يصح التيمم إلا
إذا كان عليها غبار ، ويمكن للمسلم أن يجعل في الإناء تراباً أو رملا ويتيمم منه
APABILA TIDAK ADA AIR DAN DEBU
Apabila mengikuti pandangan madzhab Hanafi dan Maliki, maka tidak ada kesulitan menemukan debu untuk tayammum. Namun, seandainya debu tidak ditemukan juga, berikut pandangan ulama fiqih apabila tidak ada air untuk wudhu dan debu untuk tayammum:
1.
Shalat
apa adanya dan mengulangi shalatnya setelah ada air atau debu. Ini pendapat
yang sahih menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmuk.
2.
Tidak
wajib shalat, hanya disunnahkan. Dan wajib mengulangi/mengqadha shalatnya setelah
menemukan air atau debu. Ini pendapat Imam Ghazali.
3.
Haram
shalat saat itu dan wajib mengqadha. Ini pendapat qaul qadim dan Imam Haramain.
4.
Wajib
shalat dan tidak wajib mengqadha. Ini pendapat Imam Syafi'i di qaul qadim juga.
Lebih detail.
Lebih detail.
Mandi junub, jinabat atau jinabah adalah mandi keramas yang dilakukan untuk menghilangkan hadas besar seperti mengeluarkan sperma, haid, nifas, dll dengan disertai niat.
Ghusl atau mandi secara etimologis bermakna mengalirkan (السيلان). Dalam terminilogi syariah ghusl (mandi junub) bermakna mengalirkan air ke seluruh badan dengan niat tertentu.
1. QS Al-Maidah 5:6
وَإِن كُنتُمْ جُنُباً فَاطَّهَّرُواْ
Artinya:
Apabila kamu dalam keadaan junub, maka bersesucilah.
2. QS An-Nisa' 4:43
2. QS An-Nisa' 4:43
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ
تَقْرَبُواْ الصَّلاَةَ وَأَنتُمْ سُكَارَى حَتَّىَ تَعْلَمُواْ مَا تَقُولُونَ
وَلاَ جُنُباً إِلاَّ عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّىَ تَغْتَسِلُواْ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub,
terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi.
3. Hadits riwayat Bukhari
أن النبي: كان إذا اغتسل من الجنابة، بدأ فغسل يديه، ثم يتوضأ كما يتوضأ للصلاة، ثم يدخل أصابعه في الماء، فيخلل بها أصول شعره، ثم يصب على رأسه ثلاث غرف بيديه، ثم يفيض الماء على جلده كله
Artinya: bahwasanya Nabi Muhammad apabila mandi jinabah ia
memulai dengan membasuh kedua tangannya kemudian wudhu seperti wudhu untuk
shalat lalu memasukkan jari-jarinya ke dalam air kemudian menyisirkannya ke
pangkal rambut kemudian mengalirkan air ke kepalanya tiga cawukan dengan kedua
tangannya kemudian meratakan air pada seluruh kulit badannya.
PENYEBAB HADAS BESAR YANG MEWAJIBKAN MANDI WAJIB (JUNUB)
Hal-hal yang menyebabkan hadas besar dan mengharuskan mandi junub ada 6 (enam) yaitu:
1. Senggama (jimak)
2. Keluar sperma (mani)
3. Mati.
4. Haid
5. Nifas.
6. Melahirkan.
SYARAT MANDI WAJIB (JUNUB)
Harus memakai air yang suci dan mensucikan yaitu air yang tidak najis dan belum pernah dipakai untuk mandi junub atau berwudhu.
NIAT MANDI WAJIB (JUNUB)
Pada dasarnya "niat mandi untuk menghilangkan hadas besar" sudah cukup. Berikut adalah niat yang lengkap sesuai situasi dan kondisi yang mandi.
1. Hadas besar karena keluar mani (sperma):
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ الْأَكْبَرِ مِنَ الْجِنَابَةِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Artinya: Saya niat mandi junub untuk
menghilangkan hadas besar junub karena Allah.
2. Hadas besar karena haidl:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ الْأَكْبَرِ مِنَ الْحَيْضِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Artinya: Saya niat mandi junub untuk menghilangkan hadas
besar haidl karena Allah.
3. Hadas besar kerena nifas
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ الْأَكْبَرِ مِنَ النِّفَاسِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Artinya: Saya niat mandi junub untuk menghilangkan hadas
besar nifas karena Allah.
4. Hadas besar kerna melahirkan (wiladah)
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ الْأَكْبَرِ مِنَ الْوِلَادَةِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Artinya: Saya niat mandi junub untuk menghilangkan hadas
besar melahirkan karena Allah.
RUKUN/FARDHU DAN TATA CARA MANDI WAJIB (JUNUB)
Rukun atau fardhu-nya mandi junub adalah tata cara yang harus dilakukan saat melakukan mandi junub yang jumlahnya ada 3 (tiga) yaitu:
1. Niat
2. Menghilangkan najis apabila ada pada anggota badan.
3. Menyiramkan air pada seluruh rambut dan kulit tubuh.
SUNNAHNYA MANDI WAJIB (JUNUB)
Sunnahnya pelaksanaan mandi jinabah ada 5 (lima) sebagai berikut:
1. Membaca bismillah
2. Berwudhu sebelum mulai mandi.
3. Mengusapkan tangan pada badan.
4. Bersegera.
5. Mendahulukan yang kanan dari yang kiri.
PERKARA YANG DISUNNAHKAN MANDI WAJIB (JUNUB)
Perkara atau keadaan yang disunnahkan mandi yaitu:
1. Mandi untuk shalat Jum'at
2. Shalat Idul Fitri dan Idul Adha.
3. Shalat Istisqa' (minta hujan).
4. Shalat gerhana bulan.
5. Shalat gerhana matahari.
6. Mandi setelah memandikan mayit.
7. Orang kafir yang masuk Islam.
8. Orang gila dan ayan (epilepsi) setelah sembuh.
9. Akan ihram.
10. Masuk Makkah.
11. Wuquf di Arafah.
12. Menginap (mabit) di Muzdalifah.
13. Melempar jumrah yang tiga.
14. Tawaf.
15. Sa'i
16. Masuk Madinah.
1. Muhammad
bin Qasim Al-Ghazzi dalam Fathul Qoribul Mujib fi Syarhi Alfadzit Taqrib (فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب)
2. Abul
Hasan Ali bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi Al-Bishri dalam Al-Hawi al-Kabir fi
Fiqh Madzhabil Imam Asy-Syafi'i (الحاوي الكبير في فقه مذهب الإمام الشافعي)
3. Abu
Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi (Imam Nawawi) dalam Raudhatut Talibin wa
Umdatul Muftin (روضة
الطالبين وعمدة المفتين)
4. Abu
Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi (Imam Nawawi) dalam Al-Majmuk Syarhul
Muhadzdzab (المجموع شرح المهذب)
5. Ahmad
bin Muhammad bin Ali bin Hajar Al-Haitami dalam Tuhfatul Muhtaj fi Syarhil
Minhaj (تحفة المحتاج في شرح
المنهاج)
6. Muhammad
bin Syihabuddin Ar-Ramli dalam Nihayatul Muhtaj ila Syarhil Mhnhaj (نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج)
7. Kitab
Al-Umm Imam Syafi'i
8. alkhoirot.org/2012/06/tidak-ada-debu-tayammum.html
9. alkhoirot.org/2012/06/tayammum-dengan-tembok-atau-furniture.html
BATAS USIA ANAK PEREMPUAN KECIL YANG TIDAK MEMBATALKAN WUDHU
Laki-laki menyentuh perempuan atau wanita menyentuh pria yang bukan mahram dapat membatalkan wudhu pihak yang menyentuhnya berdasarkan pada ayat (أو لامستم النساء فلم تجدوا ماء فتيمموا ). Sedang status wudhu pihak yang disentuh ada dua pendapat: batal dan tidak batal.
Adapun menyentuh anak perempuan kecil yang tidak mengundang syahwat (la yushtaha) maka ada dua pendapat yaitu batal atau tidak batal wudhunya. Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmuk II/32 berkata:
وإن مس صغيرة لا تشتهى أو عجوزا لا
تشتهى ففيه وجهان ، ( أحدهما ) ينتقض لعموم الآية ، ( والثاني ) لا ينتقض لأنه لا
يقصد بلمسها الشهوة فأشبه الشعر )
Artinya:
apabila seseorang (laki-laki) memyentuh anak perempuan kecil yang tidak
mengundang syahwat atau perempuan tua yang tidak mengundang syahwat maka ada 2
(dua) pendapat: (a) batal wudhunya karena keumuman ayat di atas dan (b) tidak
batal wudhunya karena tidak menimbulkan syahwat karena itu serupa dengan
menyentuh rambut.
Pendapat yang tidak membatalkan adalah pendapat yang paling sahih.
Adapun batasan usianya tidak ada penjelasan yang pasti dari ulama madzhab Syafi'i, yang terpenting belum baligh. Akan tetapi, menurut madzhab Hanbali usia anak hendaknya di bawah 7 tahun apabila mencapai 7 tahun atau lebih maka batal wudhu-nya (lihat Kasyaful Qina' I/129, Ar-Raudh al-Murabba' I/307, Al-Inshaf I/2012).
DAFTAR ISI
4.
Syarat Wudhu
5.
Niat Wudhu
Source : http://www.alkhoirot.net/2012/06/wudhu-tayammum-mandi-junub.htm